Showing posts with label sempur. Show all posts
Showing posts with label sempur. Show all posts

Thursday, April 30, 2009

PLERED CERAMICS CITY

Plered is the name of a district at Purwakarta, West Java with a total area of 97,172 ha (or 36.79 square KM-edited). Plered history can not be separated from the history of ceramics and its struggle. Plered region, Cirata, Gandasoli and Citalang are included of city or village in the old Purwakarta Regency. History of Plered and ceramics had been created since Neolitikum period. At the time, there had been residents who came to Cirata alongside Citarum River. 
From the excavation in the Cirata areas are found defection of stone, square ax and pestle of stone, including the stoneware and pot of clay, also found the panjunan (anjun), a place to make ceramics. 
Origin of the name of Plered have various versions: the name of which comes from the period of forced labor when at that time this area became a place of coffee plantation that using a gig drawn by a buffalo (called Palered)to deliver the coffee. The coffee transporter is made from good wood board both for the gig and the cart wheels; it is so strong that can pass through the muddy streets. The Coffee delivery goes in the direction of Cikao Bandung / Jatiluhur and then transported using the raft to the Tanjung Priok goes along the edge Citarum River. (Source: Pokja Klaster Keramik Plered) 
Plered is one of the districts in Purwakarta, West Java Province with a population of approximately 65,172 inhabitants spread in 16 villages. Plered Village has famous as a center of ceramics industry since a long time. Ceramics are produced in addition to domestic market as well as commodity export to foreign country. 
Plered making ceramics is estimated to take place from generation to generation since 1904, so the quality is good and exported to Japan, Netherlands, Thailand, Singapore and other countries. Type of Plered ceramics are gerabah, porcelain and terakota. The number of ceramic Plered home industry is approximately 80 entrepreneurs. It is located at Anjun Village, 13 km from the town of Purwakarta. 









In addition to ceramics, Plered also distinguished with roof tile. 
Thousands of tile dried almost every point in the road, about Citeko Village. Tile-roof tile that is still wet it is dried in order to deliberately dry quickly. Tile-roof tile which is manufactured by dozens of diverse employers, including the type of tile frog, palentang usual, palentang plate, morando, and tile type of turbo.

In addition, there is also Sempur sacred grave. 
Sempur sacred grave is the grave of Mama Sempur, a prominent Islamic religious leader and patriarch, so right now many visitors make a devotional visit to the sacred grave. It is located at Sempur-Plered, 14 km from the town of Purwakarta.







Plered also distinguished with SATE MARANGGI PLERED.
Sate MARANGGI usually made of goat meat or beef. That distinguish maranggi sate with other sate is flavor is made of soy sauce that has a blend taste sweet, sour, spicy and a touch tongue to time to enjoy this special seasoned sate. Blend that tantalize the taste sense this comes as maranggi sate seasoning made from soy sauce, chilli green sauce lahang added a little vinegar (vinegar is made from sugar cane). When presented, soy sauce flavor is equipped with sliced red onion and fresh tomato. Sate maranggi usually served with sticky rice or roasted rice timbel.




Friday, February 27, 2009

PROFIL MAMA SEMPUR PLERED PURWAKARTA

KH TUBAGUS AHMAD BAKRI (MAMA SEMPUR) BN TB.MUHAMMAD SAIYDAH BN TB HASAN ARSYID BN MUHAMMAD MUKHTAR BN SHULTHAN ABD.FATAH  Tidak diketahui secara pasti kapan beliau dilahirkan. Tapi yang jelas Tubagus Ahmad Bakri adalah seorang ulama yang sangat berpengaruh di daerah Purwakarta. Bahkan hampir bisa dipastikan bahwa karena jasa beliaulah sejumlah pesantren berdiri di daerah tersebut. Tidak hanya itu, di kalangan masyarakat Jawa Barat, nama Ahmad Bakri sangat terkenal sebagai guru tarekat tertinggi dalam ajaran tarekat Qadiriyah-Naqsabandiyah. Ayah beliau, TB.MUHAMMAD SAIYDAH BN TB HASAN ARSYID BN MUHAMMAD MUKHTAR BN SHULTHAN ABD.FATAH. HIJRAH dari BANTEN ke daerah PLERED tepatnya CITEKO. beliau ( MAMA BAKRI ) di lahirkan di sana (CITEKO) Tubagus Ahmad Bakri Pernah belajar d Mekah. Pada waktu itu, tradisi belajar ke Timur Tengah sangat lazim di kalangan kiai tradisional. Di Mekah ia belajar tafsir kepada SAYYID AHMAD DAHLAN, salah seorang ulama besar yang mengajarkan Islam Madzhab Syafi'i. Di sana, ia juga belajar pada ulama Nusantara yang menetap di Mekah, yaitu SYEKH NAWAWI bn UMAR AL-BANTANI ( ALLOH YARHAM ) dan SYEKH MAHFUD bn ABDULLOH bn ABD.MANNAN ATTURMUSI.  Khususnya kepada SYEKH NAWAWI AL-BANTANI, Ahmad Bakri belajar fikih. selain belajar di mekkah beliau juga pernah belajar kepada SYEKH AL HABIB UTSMAN bn ABDULLAH bn AQIL bn YAHYA MUFTI BETAWI ( ALLOH YARHAM ) dan SYAIKHONA KHOLIL bn ABD.LATHIEF BANGKALAN ( ALLOH YARHAM ).  Demikanlah, KH Tubagus Ahmad Bakri mendalami pengetahuan agamanya dengan berguru kepada ulama Nusantara yang begitu terkenal.dan masih banyak lagi ULAMA yang beliau timba ilmunya. Dalam keyakinan pelajar jawa bahwa mereka akan dianggap menyempurnakan pelajaran apabila mendapat bimbingan terakhir dari ulama kenamaan kelahiran Jawa (Zamahsyari, 1981). Setelah pulang ke tanah air, Kiai Ahmad Bakri mendirikan sebuah pesantren di Darangdan, Desa Sempur, Kecamatan Plered, Kabupaten Purwakarta, Pesantren ini dinilai sebagai pesantren tertua di daerah tersebut. Demikianlah untuk selanjutnya ia mengelola pondok pesantren dan menjadi guru penyebar Tarekat Naqsabandiyah di daerah tersebut. Pemikirannya Untuk mengungkap pemikirannya kita dapat melacak sejumlah catatan kecil yang ditulisnya, ceramah-ceramah serta kandungan kitab yang ditulisnya. Dalam Cempaka Dilaga, misalnya, KH Ahmad Bakri menjelaskan beberapa prinsip hidup yang harus dilakoni oleh umat Islam. Yaitu keharusan berbuat baik terhadap tetangga agar kita dapat hidup di dunia dengan aman, terutama aman dalam ibadah dan mengabdi kepada Allah. Di bagian lain kitab ini, ia berpendapat bahwa seorang muslim hendaknya patuh dan menaati pemerintah -- bahkan terhadap pemerintah yang zalim sekalipun selama pemerintah tidak memerintahkan rakyatnya untuk  menyalahi perintah Allah atau melarang untuk berbakti kepada Allah SWT. Selain itu, Ahmad Bakri menjelaskan bahwa dalam mengambil seorang muslim hendaknya pada prinsip-prinsip Ushul Fikih. Misalnya ketika seseorang dihadapkan pada dua pilihan yang tidak dapat dihindari, maka menurutnya orang tersebut hendaknya memilih perbuatan yang paling sedikit mudaratnya (akhaf al-dlaruryn). Ia juga menganjurkan agar seseorang mendahulukan untuk menolak mafsadat daripada melakukan pekerjaan yang mendatangkan manfaat. Menurutnya, menghindari mafsadah lebih utama ketimbang mencari manfaat. KH Ahmad Bakri juga memperbincangkan perilaku manusia yang sangat mendasar, yaitu makan. Menurutnya, makan merupakan kewajiban, dan oleh karenanya makan termasuk bagian dari ajaran agama Islam. Karena makan merupakan salah satu sendi yang dapat menguatkan manusia dalam melaksanakan ibadah kepada Allah SWT. dan melakukan perintah-perintah-Nya. Lebih lanjut KH Ahmad Bakri menjelaskan bahwa seseorang sejatinya mengetahui etika makan. Dengan demikian, seseorang dapat mencapai manfaat makan sehingga makan dapat dinilai sebagai ibadah. Ahmad Bakri termasuk ulama yang tidak sepakat dengan ajaran Wahabi yang berkembang di Mekah. Bahkan ia menilai bahwa Muhammad Abdul Wahab, pendiri Wahabi, adalah musuh Rasulullah Saw. Ketidaksepakatan terhadap ajaran tersebut dituangkannya dalam sebuah bukunya yang berjudul Idhah al-Kardtiniyah fi Ma Yata'allaqu bi Dhalat al-Wahabiyah. Selain itu, Ahmad Bakri juga menyinggung persoalan pendidikan. Sebagaimana di ketahui, ia hidup pada masa peperangan dan pada saat itu banyak orang ang ikut berperang melawan penjajah. Disinilah ia menangkap realitas di mana pendidikan begitu terabaikan. Menyikapi kenyataan ini, ia menyatakan perlunya sebagian orang untuk tetap memperhatikan pendidikan dan tidak ikut berperang. Untuk mengukuhkan pendapatnya, ia mengutip ayat al-Qur'an, khususnya surat At-Taubah ayat 22. Meskipun Ahmad Bakri tidak terlibat langsung dalam kancah politik, namun pandangangan-pandangan dan pilihan politiknya diikuti oleh masyarakat setempat. Ia bukanlah tipe propagandis yang kerap memaksakan  pendapatnya kepada orang lain. Alih-alih memaksakan keinginannya, malah ia memberikan kebebasan kepada para santrinya untuk menentukan sikap politiknya. Demikianlah gambaran singkat tentang sosok yang relatif moderat dalam menyikapi persoalan. Hanyalah sosok yang matang secara intelektual dan emosional-lah yang mampu menampilkan sikap moderat. Dan KH. Tubagus  Ahmad Bakirlah yang memiliki kematangan intelektual dan emosional sekaligus. Beliau meninggal pada malam Senin, 1 Desember 1975 M bertepatan dengan tanggal 27 Dzu al-Qa'dah 1395 H.

Source:

foto: koleksi pribadi Wiwi Nurdiah

Artikel: sumber langsung kerabat Mama Sempur &

http://www.cybermq.com/pustaka/detail/sosok-ulama/607/kh-tubagus-ahmad-bakri